Dicari, Insan CU yang Bervirus

Orang mengatakan, “dunia itu kecil”. Memang sih, di era digital seperti sekarang ini, orang tak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalam hitungan detik, orang bisa berkomunikasi dengan siapa pun, meski dengan jarak berkilo-kilo meter jauhnya. Ditambah lagi, orang bisa menghadirkan sosoknya dengan sekali klik.

Ya, itulah dunia digital!

Dunia yang telah mengubah cara kita berpikir dan bertindak. Dunia yang telah mengubah cara kita berinteraksi. Dulu, orang menciptakan virus komputer untuk tujuan mengaktualisasikan diri. Dari sekadar iseng berbuah bencana.

Namun, sekarang mulai terjadi pergeseran motivasi, virus diciptakan untuk tujuan bisnis. Virus “sengaja” diciptakan supaya orang membeli antivirus yang dia ciptakan sendiri, dan begitu seterusnya cara bekerjanya. Hal itu tentu saja bisa dilakukan karena mereka memiliki dukungan tim dan keuangan yang kuat.

Jika virus komputer diciptakan untuk mengejar tujuan komersial, pastinya ada virus-virus lain yang bisa diciptakan oleh orang-orang yang punya kepedulian pada mereka yang terpinggirkan secara sosial ekonomi.

Bagaimana hal itu akan dilakukan oleh insan-insan Credit Union (CU) untuk menciptakan dan menyebarkan virus? Virus apa yang akan diciptakan dan disebarkan?

 

Komunitas manusiawi

Insan-insan CU “dipanggil” untuk membangun komunitas manusiawi. Yakni, sebuah komunitas yang dibangun atas dasar rasa saling percaya, bersolider, dan berbagi. Inilah model khas CU Mandiri sebagai sebuah komunitas pemberdayaan hidup (Community of Life).

Selanjutnya, nilai-nilai dalam jati diri koperasi akan menjadi acuan dalam memperjuangkan penghargaan martabat manusia. Khususnya, keberpihakan kepada mereka yang kecil, miskin, dan membutuhkan dengan mengupayakan solidaritas timbal-balik, keadilan, dan cinta kasih demi terwujudnya kesejahteraan bersama.

Jika melihat kondisi negara kita saat ini, yang menganut sistem dan struktur yang dikendalikan dari atas, membuat masyarakat tidak mempunyai peluang untuk mengembangkan diri secara bebas sebagai manusia merdeka. Hal ini diharapkan mempengaruhi juga cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak insan-insan CU: “Apa yang dapat dilakukan oleh insan-insan CU Mandiri agar kehadirannya sungguh bermakna?”

Tantangan bagi insan CU tersebut perlu muncul, sebab mengatasi keprihatinan tidak cukup hanya dengan menjadi manusia baik. Kehendak dan perilaku yang baik mesti didukung dengan iklim, lingkungan, dan suasana yang harmoni bagi proses pembangunan kesejahteraan bersama.

 

Makin bermartabat

Solidaritas sebagai wujud dari sosialitas manusia ini menuntut sikap saling menghormati martabat setiap orang. Sikap inilah yang akan menjadi pendorong untuk membangun dialog persaudaraan, yang pada akhirnya membentuk sikap dan perilaku setia kawan.

Sementara itu, upaya solidaritas perlu didukung oleh prinsip subsidiaritas. Hal yang mau ditekankan, tiap kegiatan sosial pada hakikatnya harus menyelenggarakan bantuan bagi para anggota lembaga sosial, bukan merampas dan menghancurkan usaha mereka. Dalam arti ini, usaha masyarakat harus dibantu dan tidak dihalang-halangi ruang geraknya. Semua itu demi membina rasa tanggung jawab individu sebagai manusia yang bermartabat.

Untuk mendukung itu, perlu diciptakan kondisi yang menguntungkan agar setiap individu dapat menjalankan kegiatan ekonomi secara bebas, sehingga akhirnya membuka peluang bagi masyarakat lemah untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kerja.

Kondisi itulah yang akan diciptakan.  Kondisi demikianlah yang harus hidup dan dihidupi insan-insan CU Mandiri. Harapannya, agar upaya membangun kesejahteraan bersama sebagai visi lembaga bukanlah sebuah mimpi yang tak dapat diraih. Sebab, pada hakikatnya, setiap individu dipanggil untuk semakin bermartabat dan hidup sejahtera.

           

Menebar virus

Jika nilai yang dihidupi insan CU Mandiri adalah swadaya, tentu keswadayaan ini menjadi sarana penguatan bagi setiap orang menggunakan segala kemampuannya untuk mengembangkan diri.

Jika setiap orang bergerak bersama, mengalirkan daya-daya kemampuan yang dimiliki, pastilah akan ada energi positif yang dialirkan kepada orang lain untuk melakukan semangat yang sama.

Di alur itulah “virus” CU Mandiri perlu “dikembangbiakkan”. Maka, setiap insan CU Mandiri mesti siap dihinggapi virus tersebut. Menjadikannya sebagai bagian tata gerak hidupnya, lalu menebarkannya ke berbagai kalangan agar si virus merajalela.

Virus yang lain adalah kerjasama.

Pendekatan kerjasama yang dimaksud adalah melalui pelayanan berbasis komunitas. Proses ini dilakukan dengan cara menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan bersama anggota komunitas, melihat kemampuan-kemampuan yang dimiliki, dan sumber daya manusia yang tersedia untuk mencapai tujuan bersama yang hendak dicapai. Tujuan akhir dari upaya itu adalah pemenuhan dan kesejahteraan bersama.

 

Cari double untung

“Pernahkah kita  bermimpi untuk menciptakan pasar sendiri?” tanya seorang anggota pada sebuah Rapat Akhir Tahun (RAT). Ia menambahkan, pasar yang diciptakan adalah membuka toko untuk kebutuhan sehari-hari. Secara spontan anggota lain menjawab, “Setuju!”

Pada kesempatan lain pernah juga terjadi pembicaraan yang sama dan hangat. Awal pemikirannya sederhana, yakni memiliki toko. Hal ini diungkapkan oleh seorang peserta dalam suatu pertemuan kaderisasi kepemimpinan (14/1/2014). “Apa yang melatarbelakangi keinginan itu?” tanya balik seorang anggota lain menanggapi gagasan tersebut. Dengan singkat dijawabnya, “Memanfaatkan dana yang over likuid.

 Kebutuhan dan motivasi sebagaimana diungkap dari pengalaman di atas tentu menjadi peluang untuk mewujudkan virus swadaya dan kerjasama yang diharapkan dalam konteks saat ini.

Gagasan “memiliki toko sendiri” adalah sebuah inovasi yang bisa dilakukan oleh CU yang berbasis anggota. Tentu bukan karena memanfaatkan dana yang berlebih (idle money).

Lebih dari itu, gagasan memiliki toko sendiri adalah sarana penguatan sosial ekonomi anggota dan masyarakat berbasis komunitas. Ini salah satu inovasi yang dapat dimanfaatkan anggota untuk mewujudkan nilai-nilai kebersamaan dan menciptakan struktur bottom-up, sebuah sistem yang membuka peluang aspirasi dan kehendak baik dari kalangan bawah (kebersamaan anggota) ke “atas” (pihak manajemen).

Melalui usaha itu anggota dapat bekerja sama dalam memanfaatkan toko yang dimiliki untuk dikelola secara bersama dan profesional. Hasilnya pun bisa dirasakan bersama!

“Daripada membeli di toko lain dan hasil keuntungannya hanya dinikmati oleh pemiliknya, kan lebih baik punya toko sendiri. Hasil keuntungannya kembali kepada kita lagi. Sudah untung dapat discount, masih diberi SHU. Jadi double untung!” ujar seorang peserta. (Tim Media)

Baca juga:


Jika Anda tidak online FB, silahkan tinggalkan komentar disini: